Adakah Allah dalam Ingatan Kita?
MATA kita melihat banyak hal telinga kita mendengar banyak suara. Kemudian otak kita merekam semuanya dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi.
Disaat yang sama segala hal sedang berusaha berebutan masuk ke kepala kita, berusaha terekam dalam memori. Baik yang nampak di mata maupun yang terdengar di telinga. Dari mulai pagi buta kita membuka mata hingga saat kita menutup mata lagi. Bahkan tak jarang sang mimpi ikut juga masuk dalam memori kita.
Ajaibnya otak kita tak penuh-penuh dan tak rusak-rusak. Lalu nikmatnya lagi tak semuanya teringat. Terbayang jika aku terus mengingat masa lalu yang kurang enak diingat. Masya Allah Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Fabi ayyi allaaa irabbikuma tukdziban maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kau dustakan?
Bicara soal yang masuk ke dalam kepala (ingatan), kalau kita rinci satu persatu alangkah banyaknya mulai dari suasana pagi, mentari kondisi rumah, anak-anak, suami yang natural tercipta mengelilingi kehidupan kita. Tapi di samping segala sesuatu yang natural, banyak juga segala sesuatu yang diciptakan manusia yang kemudian masuk juga ke kepala kita yaitu berupa informasi baik melalui media cetak Televisi Radio atau Internet.
Dan salah satu informasi yang masuk ke kepala adalah iklan. Iklan sengaja dibuat oleh para produsen atau penjual dengan tujuan agar konsumen mengetahui produk mereka, dan diputar berulang ulang agar saat kita tiba di warung ketika bingung memilih suatu prodak, maka iklan itu akan muncul di kepala kita dan selanjutnya kita membeli prodaknya.
Begitu pula pada industri Farmasi sengaja dokter diberikan kalender pulpen jam dinding tas, map, buku dan segala macam bergambar dan bertuliskan obat agar saat menulis resep dokter langsung mengingat prodak itu.
Nah pada politik juga seringkali digunakan metode ini iklan, umbul-umbul, spanduk bertuliskan partai atau nama calon supaya saat di bilik KPU pemilih mengingatnya.
Infotaiment acara gosip dan pencitraan yang sering ditampilkan di media juga bisa mengubah sudut pandang kita, kita jadi bisa berprasangka negatif atau jadi memuji-muji seseorang atau golongan karena info yang disampaikan media terus menerus.Lalu bagaimana dengan film dan musik? Di samping segala yang positif, segala adegan negatif dan syair-syair yang tidak membangun tentu juga akan masuk ke kepala kita. Mulai dari adegan mesra-mesraan, aurat yang terbuka, adegan minum minuman keras, perkelahian.
Sedikit demi sedikit setiap hari perlahan tapi pasti. Apa hal itu akan bisa merusak karakter kita? Apa dengan semua tontonan itu kita akan menjadi biasa memandang aurat, menganggap biasa minuman keras, biasa merespon segala sesuatu dengan pukulan. Dan untuk yang biasa menonton filem dengan genre sadisme, akankah ketika iman sedang turun, salat sedang ditinggalkan mengaji juga tidak lalu emosi marah.
Apakah segala tontonan sadisme yang terekam di kepala akan keluar? Lalu bagaimana dengan kita sebagai penulis status di media sosial? Apakah kita turut serta menyumbang kontent negatif bagi para pembaca? Semoga tidak, semoga segalanya bersih meskipun haya satu kata negatif. Sebab hidup itu sementara dan mati itu pasti dan segala sesuatunya mesti dipertanggungjawabkan.Terahir sudahkah kebesaran Allah masuk dalam kepala kita hari ini? Seberapa banyak?
Sudahkah kita berusaha memasukkan kebesaran Allah pada tulisan-tulisan kita di sosial media, atau memuji Allah saat membaca, menonton atau mendengar? Sungguh indah jika kita memujiNya setiap waktu.