Galau, Boleh Gak Sih?

Oleh: Aannisah Fauzaania
CINTA diciptakan sebagai fitrah untuk tiap-tiap insan di dunia. Siapa yang bisa menolaknya? Jika Allah telah menghendaki maka segalanya pun bisa terjadi.
Islam melarang seorang muslim dan muslimahnya untuk berpacaran. Kemudian banyak sahabat bertanya, lalu mengapa rasa ini diciptakanNya begitu indah tanpa jeda? Mengapa tak dihilangkan atau dihapuskan saja? Jawabannya sederhana, karena kembali lagi mencintai adalah fitrah. Setiap orang tentu saja boleh mencintai, merindukan, menyayangi. Jika rasa-rasa tersebut dihilangkan, lalu bagaimana cara kita mencintai Allah yang maha pengasih, bagaimana juga kita bisa mencintai orang tua yang begitu istimewa.
Di lain konteks, Ketika cinta yang kita jatuhkan bermuara pada seorang lawan jenis, maka yang salah tentu saja bukan cintanya. Namun bagaimana kita sebagai penyimpan rasa tersebut bisa membungkus perasaan secara syar’i. Jangan dinodai sebelum waktunya, jangan dilebihkan sebelum saatnya.
Sulit memang, setiap yang hendak bermula istiqomah untuk menjaga hati akan merasakan sulitnya. Semakin kita berusaha teguh, akan semakin banyak godaan yang datang. Jika diumpamakan, saat seorang muslim atau muslimah tengah mencoba berdiri kuat dalam ikatan iman, akan selalu ada godaan dari ragam sisi yang berusaha merobohkan.
ALLAH Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman :“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : ‘ Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi (2) Dan sesunggunya KAMI telah menguji orang2 yang sebelum mereka, maka sesungguhnya ALLAH mengetahui orang2 yang benar dan sesungguhnya DIA mengetahui orang2 yang dusta (3).” (Al-Qur’an, surat Al – Ankabuut (29), ayat 2-3).
Jadi, akan selalu ada godaan di tiap perjalanan menuju kebaikan. Lalu bagaimana dengan galau? Banyak remaja di sana sini menyebutkan kata galau. Ketika tengah berselisih paham dengan pacar, ketika merasa diberi harapan palsu oleh seorang lawan jenis, ketika merasa tersakiti padahal belum menjadi halalnya.
Kemudian ada pertanyaan menarik, jadi adakah manfaat dari bergalau ria? Beberapa sahabat menjawab, sebenarnya tak ada manfaatnya sama sekali. Yup, galau-galau memang tak memiliki faedah yang bisa membuat diri menjadi lebih baik, malah akan menimbulkan suudzon, merasa terpuruk, merasa ia yang digalaukan lebih penting dari Allah SWT.
Astaghfirullahhaladzim… Bagaimana bisa kita lebih memilih menggalaukan seorang manusia, dan melupakan Allah yang senantiasa mencintai kita tanpa syarat jeda? Tidakkah kita takut jika Allah akan cemburu kemudian tak ridho pada seorang yang kita cinta di dunia? Jadi, jangan galau-galau, sayang.
Coba mulai tanyakan pada hati, sudah siapkah dikhitbah seseorang yang katamu kau cintai? Jika belum, jangan habiskan waktu dengan memikirkan sendu, belajarlah lebih banyak lagi.
Bagaimana agar aku bisa menjadi pendamping yang terbaik untuknya?
Bagaimana aku bisa menjadi ibu yang terbaik untuk menjadi madrasah bagi anak-anaknya?
Bagaimana agar aku bisa meraih jannah bersamanya?
Hidup memang tak selurus itu. Tapi percayalah, orang-orang yang meyakininya akan selalu bisa melihat letak keindahan yang diselipkan, Karena pada akhirnya merindu yang paling istimewa adalah ketika namanya kau untai dalam tiap doa-doa.