Jilbab itu Kewajiban, Bukan Pilihan
Beberapa tahun belakangan kata Hijab mulai populer dan penggunannya menjadi trend di Indonesia juga negara lainnya. Lalu, apakah makna Hijab sebenarnya? Secara bahasa, Arti hijab dalam Al Qur’an adalah penutup secara umum, (misalnya tirai, papan pembatas, atau kelambu). Bila dikaitkan dengan menutup aurat, istilah hijab bermakna bahwa selayaknya wanita yang berjilbab hendaknya menyempurnakan dan menjaga jilbab sesuai dengan fungsinya yakni menutup (hijab) tubuh.
Di dalam Hijab, kita mengenal adanya Jilbab dan Khimar. Jilbab berasal kata dari Bahasa Arab . Jilbab merupakan pakaian longgar, tidak membentuk, tidak menerawang dan tidak ketat. Pakaian keseluruhan yang wajib dipakai oleh muslimah untuk menutup aurat, kecuali wajah dan telapak tangan. Jilbab disempurnakan dengan khimar.
Khimar adalah kain yang menutupi kepala, leher hingga dada, Sebagai muslimah yang taat, kita wajib menutup aurat sesuai syariat seperti yang tertuang dalam Surat Al Ahzab ayat 59 : “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Qs. Al Ahzab : 59)
Dari ayat diatas kita seharusnya sadar, bahwa berjilbab merupakan sebuah kewajiban. Berjilbab bukanlah sebuah pilihan. Berjilbab adalah bentuk sebuah kepatuhan dan ketaatan akan perintah Allah.
Menggunakan jilbab merupakan sebuah bentuk syukur dari Muslimah kepada RabbNya. Setiap perintahNya, pasti membawa kebaikan atau manfaat untuk yang menjalankan. Begitu juga dengan jilbab,karena nya, muslimah terjaga dari pandangan yang melecehkan, karena nya, kecantikan muslimah hanya berhak dinikmati oleh yang berhak saja, karena nya, terbuka berjuta pintu ketaatan yang lainnya. Kewajiban berjilbab dimulai ketika baligh, bukan ketika diri merasa sudah baik. Lalu, setelah tahu hukum berjilbab adalah wajib, apakah masih mau menunda atau menyegerakan menggunakannya?
Kesempatan yang tidak disegerakan mungkin akan berubah penyesalan ketika ajal sudah di depan mata. Apa jadinya jika pilihan menyegerakan kebaikan ditunda-tunda? Bisa-bisa hanya penyesalan yang kan menemani saat-saat pertemuan dengan Nya.