Menyentuh Hati dengan Kelembutan
Tentang berbicara, ada kekuatan yang terkadang kita lupa. Kita berbicara dengan suara yang lemah untuk merebut hati manusia, padahal ketika itu harusnya kita berbicara lantang. Kadang kita berbicara dengan menundukkan kepala, padahal pada saat itu seharusnya kita menegakkan kepala. Tetapi tidak jarang juga, atas nama amar ma’ruf dan ketegasan, kita berbicara pedas. Padahal, tak ada yang lebih baik saat itu kecuali kelembutan yang menyentuh.
Allah telah berfirman mengenai ini,“Ajaklah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik (maw’izhatil hasanah) dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS. An-Nahl 16:125).
Maksud yang baik akan menjadi salah maksud. Nasihat yang baik akan seolah menyesatkan ketika cara kita berkomunikasi yang tidak tepat. Kita seringkali menasihati saudara kita kepada kebenaran, tapi kita lupa akan adanya kesabaran. Akibatnya, kebenaran itu sulit menyentuh hati, meskipun yang kita sampaikan adalah hadits Nabi.
Ajaklah manusia dengan hikmah. Sentuhlah hatinya dengan kelembutan. Gerakkan jiwa mereka dengan kata-kata yang menyentuh. Bangkitkan kesadarannya dengan ucapan-ucapan yang mencerahkan. Bukan dengan pelajaran yang memeras otak atau argumentasi yang berlapis-lapis.
Setiap kemampuan manusia berbada-beda. Maka ajaklah mereka dengan cara yang baik, dengan kelemah lembutan dan penuh hikmah.
Referensi: Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan/Karya: Mohammad fauzil Adhim/Penerbit: Pro-U Media