Ketika Malaikat Maut Datangi Orang Dzalim (Bagian 2-Habis)
ORANG-ORANG dzalim ketika mereka menghadapi kematian, ruhnya akan keluar dengan susah payah. Mereka benar-benar tersiksa dengan keadaan itu. Mungkin pernah kita saksikan kematian beberapa orang disekitar dengan proses yang begitu sulit dan menegangkan atau mungkin amat menakutkan.
Betapa kepedihan yang teramat sangat itu dirasakan oleh mereka yang enggan mempercayai akan adanya akhirat, enggan mengakui kuasa Allah Yang Maha Esa.
Hingga pada suatu masa, nyawa yang melekat dalam raga ini akan di kembalikan kepada pemiliknya. Di saat itulah, penyesalan demi penyeselan memenuhi ruang jiwa, tiada daya upaya yang mampu mereka lakukan kecuali terus merintih, memohon agar nyawa tak berpisah dengan raga, memohon agar Allah sudi memberi sedikit saja waktu untuk memperbaiki tingkah laku serta bertaubat sepenuhnya atas segala perbuatan buruk selama ini.
Namun, sekali lagi tiada seorangpun yang mampu menghalangi ataupun menunda keputusan Illahi Rabbi, percuma saja, semua sia-sia.
Allah berfirman :“(demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan merekaada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukminun: 99-100).
Membayangkannya saja air mata ini tak sanggup lagi bertahan, ketakutan menyeruak keseluruh tubuh, namun kembali, ucapan itu hanya akan didengar oleh mereka yang selama hidupnya tiada henti melakukan kedzoliman terhadap orang lain ataupun diri sendiri.
Ingatlah! kala tangan bergerak diluar porsi fungsinya, ada malaikat yang mencatat. Kala mata mulai memandang kearah yang membuat hati berkata dan berpikir buruk, ada malaikat yang kan menggerakkan jemarinya menulis sedetail-detailnya pikiranmu. Kala hati berniat melangkahkan kaki ketempat yang tidak Allah Swt senangi, ada malaikat yang tak pernah tidur melihat tiap gerak gerikmu.
Maka, jangan kau tanya bagimana rasa sakit yang dialami oleh orang yang pernah mengalami mati (mati suri), sudah jelas sakit yang mereka rasakan adalah sakit yang tak pernah kau temui selama di dunia.
Orang yang tertancap pedang saja masih sanggup berteriak,namun tidak kala matamu telah bertemu dengan malaikat maut. Jangankan berteriak, kerongkongan ini serasa kering seketika tanpa diminta, organ tubuh ini serasa berhenti, meski kita masih menginginkan ia bersemi damai dalam raga ini. Bahkan akal sekalipun telah terhenti dan tertutupi karena merasakan sakit sakaratul maut yang luar biasa. Kalaupun masih tersisa kekuatan, itu di saat ruh dicabut dan diangkat.
Namun, saat itu, warna tubuh sudah berubah dan rasa sakit sudah menyerang ke seluruh anggota tubuh. Hingga akhirnya bagian hitam matanya naik sampai menyentuh kelopak mata, sementara lidah tertarik ke dalam hingga pangkalnya dan jari jemari juga menjadi kaku.
Tak lagi sanggup membayangkan rasa sakit, di kala urat-urat dicabut satu persatu dari tubuh. Mulanya kedua kaki menjadi dingin, lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya, dan seterusnya. Saat itulah pandangan terhadap dunia yang fana ini perlahan mulai sirna, dan tertutuplah sudah pintu taubat yang selama ini jarang kita masuki. Tinggallah penyesalan dan kekecewaan yang mendampingi rasa sakit yang tiada henti hingga hari kiamat nanti.
Sebuah hadist yang disampaikan lewat sahabatnya Abu Hurairah Ra.: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. Al-Tirmidzi).
Setiap manusia yang jauh terlena dengan keindahan dunia, selalu menyesal di kala nyawa sudah di ujung tanduk.
Mereka tak pernah menyadari ataupun mengingat bahwa mati akan datang tanpa menunggu kita siap. Tak peduli dengan iman yang lekat ataupun yang tak taat.
KeputusanNya jelas nyata tak dapat di rundingkan layaknya kau berunding saham dengan klienmu di dunia.Jangan menunda waktu untuk hijrah memperbaiki diri, segerakan. Ingat! Mati tak menunggu usia tua, tak menunggu kau kaya, tak pula menunggu amalmu sempurna.