Membangkitkan Jiwa Patriotisme



Kepahlawanan atau Jiwa Patriotisme adalah bagian tak terlepaskan dalam sejarah Islam. Tak hanya di Indonesia, semangat jihad yang didorong oleh ruh agama dan spiritualitas yang kuat itu juga banyak ditemukan di lembaran-lembaran sejarah Islam abad pertengahan.

Peran para agamawan untuk mempertahankan Tanah Air sepanjang sejarah umat Islam tak bisa dipandang sebelah mata. Motivasi dan arahan yang mereka berikan mampu menggugah semangat jihad di dalam diri umat.

Resolusi jihad yang mereka sampaikan itu, sebagiannya, terdokumentasikan dalam sebuah karya tulis. Karya-karya itu dilengkapi pula dengan uraian tentang berbagai hal terkait dengan peperangan.

Sebuah kitab yang ditulis oleh seorang pakar sejarah berkebangsaan Irak, Korkes Awwad, membuktikan hal itu. Ia menulis sebuah ensiklopedia perang yang terjadi selama masa kejayaan Islam. Buku dengan judul Mashadir at-Turats al-Askari 'Indal Arab itu mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan peperangan, seperti kemiliteran, peristiwa perang, hukum perang dan jihad, jenis senjata yang digunakan, transportasi perang seperti perahu dan kendaraan darat, serta istilah-istilah khas dalam peperangan.

Buku tersebut juga memaparkan tentang biografi singkat para komandan perang yang pernah memimpin tentara Islam. Kitab ini merujuk tak kurang dari 6733 referensi buku-buku berbahasa Arab dan 838 rujukan yang berbahasa asing seputar jihad dan urusan terkait perang pada masa Islam.

Sedangkan yang secara khusus mengupas hukum-hukum jihad, paling tidak, dalam kitab Masya'ir al-Asywaq, terdapat 68 judul kitab hasil karya ulama salaf. Di antaranya kitab as-Sair karya Ibrahim bin Muhammad al- Fazzari, kitab al-Jihad Ibn Abi ad-Dunya, dan al-Injad Fi Abwab Ahkam al-Jihad yang ditulis oleh Ibn Ashbagh.

Termasuk karya ulama klasik yang masih terdokementasikan dengan baik ialah kitab Ahkam al-Jihad Wa Fadlailuhu, karangan tokoh kelahiran Damaskus, Suriah, Izzuddin 'Abd al-Aziz Ibn Abd as-Salam as-Sulami (660 H).

Kitab ini adalah bentuk respons agamawan menjawab ekpansi dan agresi militer yang dilancarkan oleh penjajah. Murid tokoh kenamaan di bidang fikih, Ibn Asakir, ini menulisnya sedemikian rupa untuk mengabadikan pandangannya soal hukum dan keutamaan jihad. Ia hendak meyakinkan umat Islam tentang keutamaan yang terkandung di balik tuntunan berjihad.

Ini meliputi juga tata cara dan etika yang harus ditaati oleh mujahid selama berperang. Semua aturan yang diletakkan oleh Rasulullah itu menunjukkan tentang keistimewan dan nilai lebih seni berperang dalam Islam.

Secara garis besar, kitab ini terdiri dari 52 bab yang diawali dari hukum berjihad dan keutamaannya. Di bagian akhir kitab, tokoh yang mendapat gelar sulthan al-ulama (raja para ulama) ini menutupnya dengan uraian tentang hukum menunda penyerahan tahanan dan tebusan.

Sebagai seorang qadli, penguasaan Izzuddin tidak hanya berkutat pada analogi yang sering digunakan dalam disiplin fikih ataupun ushul fikih, dua hal yang identik sosok yang juga bergelar syaikhul Islam wal Muslimin selama ini. Namun, kemampuannya di bidang Alquran dan hadis juga tak bisa diabaikan.

Bahkan, kitab yang salah satu manuskripnya ditemukan di Perpustakaan Berlin, Jerman, itu, lebih banyak memuat kumpulan teks ayat dan hadis. Intensitas Izzuddin menuliskan komentar pada sebuah nas yang ia nukil, juga sangat sedikit. Sekalipun dikenal sebagai seorang fakih, corak yang biasanya berlaku di penulisan buku fikih, tapi kurang terkesankan dalam kitabnya ini.

Related

Islamipedia 2873725125879779755

Facebook

Hot in week

Comments

Jadwal Shalat


jadwal-sholat

VIDEO

Video : Kajian Akhir Zaman

item